Budaya Baekje, yang tersembunyi karena kurangnya data penelitianyang tersisa, mulai terkuak dengan adanya penemuan sebuah makamraja. Di tahun 1971 pada musim panas, di Provinsi Chungcheong Selatandaerah Songsanri ditemukan tanpa sengaja makam Raja Muryeongdari Baekje saat dilakukan pembangunan jalan air. Ini merupakansatu-satunya makam di Korea yang dengan jelas mencatat siapa yangdimakam di dalamnya.
Ruang utama makam Raja Muryeong,dilihat dari lorong. Makam itu ditemu-kan pada tahun 1971 di sebuah pe-makaman kerajaan Baekje di Songsan-ri, Gongju. Di bawah lemari besi, yangdibangun dengan menumpuk batubata dalam berbagai bentuk dan corak,ruang persegi panjang berisi peti matikayu raja Baekje dan istrinya, yangtelah runtuh karena waktu.
Musim hujan telah datang kembali di Semenanjung Korea tanpa kecuali, bahkan di musimpanas 1971 yang memiliki iklim monsun Asia. Musim hujan di lokasi peninggalan secarabiasanya merupakan bencana. Tapi pada tahun itu, hujan menjadi berkat bagi kota Gongju.
Sejak peletakan batu pertama pada tahun 18 SM, selama 700 tahun berdirilah kerajaan Shilla, Gogu-ryo yang dipimpin oleh Baekje sebagai pemimpin Tiga Kerajaan Kuno di daerah keduanya di wilayahChungcheongnamdo Gongju yang disebut ‘Songsanri Gobugeun’, yang merupakan lokasi pemakamanraja Baekje. Ada dua makam membentuk gundukan kurva lembut yang terletak di tepi barat laut darialiran pegunungan rendah selatan, yang menyambung dari kota Gongju, membentuk satu daerah yangnyaman ditinggali. Penemuan makam Raja Muryeong dari Baekje yang merupakan raja ke 25 (masapemerintahan tahun 501-523) dan permaisurinya adalah keajaiban dan kurnia dari datangnya hujan.
Pembangunan Jalan Air Sebelum Musim Hujan Panjang
Tentang Makam Songsanri tertulis juga Jiriji (catatan Donggukyeojiseungram) di abad ke-16 bahwa“Hyanggyo terletak sejauh 3 ri dari kota dan di sebelahnya terletak makam kerajaan. Tetapi tidak tahusiapa raja yang dimakamkan di dalamnya”, dan dengan demikian bisa diketahui bahwa makam raja-raja Baekje telah diduga lokasinya sejak zaman Dinasti Joseon. Selain itu, pada pendudukan Jepangdilakukan beberapa penggalian, tetapi tetap tidak dapat diketahui dengan persis siapa yang terku-bur didalamnya. Informasi yang didapat hanyalah sampai pemerintahan Woongjin dari tahun 475-538 dari sebuah makam raja Baekje. Sampai sebelum musim hujan di tahun 1971, saat musim panastelah mulai, sudah ada enam gundukan makam yang diduga sebagai makam raja dan telah ditetapkanse bagai situs bersejarah nasional yang wajib dilestarikan.
Gundukan makam ini dibanjiri musim hujan setiap musim panas. Ini karena air yang mengalir darigunung belakang biasa meresap ke gundukan makam. Biro Properti Budaya (sekarang Kantor Admin-istrasi Warisan Budaya), yang telah berjuang memikirkan tindakan penanggulangannya, memutuskanuntuk melindungi makam No. 5 dan No. 6, yang berdekatan dengan bagian timur dan barat dari ban-jir secara paralel sejauh 3 km dari jalur air. Konstruksi dimulai pada 29 Juni, saat musim hujan mulaimengarah dari utara menuju pantai selatan semenanjung dan konstruksi itu direncanakan selesaisebelum musim hujan.
Tanggal 5 Juli, sekitar pukul 2 siang pada hari pertama konstruksi saluran pembuangan air itu,cangkul seorang pekerja terkena pada satu batu yang terpendam dalam tanah. “Kenapa ada batuse perti ini di dalam tanah? Saya langsung mendapat firasat aneh. Karena batu keras itu biasanya untukkuburan. Dan setelah saya gali terus, ternyata ada bentuk bangunan yang dibentuk dengan menumpukbatu-batu yang sangat rapi. Saya terus menggali, dan ada batu kapurnya juga. Dan setelah saya akh-irnya cangkul saya terkena sesuatu lagi. Ternyata itu batu kuno”, kenang Kim Young-il, kepala lokasikonstruksi Samnam, yang bertanggung jawab atas konstruksi pada saat itu. Inilah yang menjadi cikalbakal munculnya makam kerajaan brilian, yang tak pernah terpikirkan oleh seorang pun. Bagian terse-but ternyata adalah plafon selatan jalan makam yang menuju ke dalam makam berbentuk batu-batuyang tertumpuk di dalamnya.
Sampai saat itu, tidak ada yang tahu siapa yang dikuburkan dalam makam tersebut. Tapi jika dilihatdari dibentuknya makam dengan menyusun batu-batu dan juga mempelajari struktur pembangunan-nya, dapat diduga dengan pasti bahwa itu adalah makam seorang raja. Karena bentuknya mirip sekalidengan makam No. 6 yang terletak persis di depannya.
Hujan Deras Sepanjang Malam
Harus diapakan makam batu yang baru ditemukan ini? Pemimpin konstruksi segera menginforma-sikan hal ini pada Kim Young-bae, Kepala Museum Nasional Korea, Museum Nasional Korea. Meskipunseharusnya museum wajib segera melaporkan hal tersebut ke Kantor Administrasi Properti Budayauntuk mendapatkan izin penggalian, tetapi saking gembiranya atas munculnya makam kerajaan Baekjeyang baru, prosedur hukum ini terabaikan sama sekali, dan berita ini dengan segera sampai kepadabeberapa arkeolog lokal yang langsung memulai penggalian untuk segera memastikan siapa yang terkubur dalam makam tersebut.
Ditemukan di makam Raja Muryeong, hiasan untuk mahkota raja,desain berbentuk bunga kamperfuli dari piring emas murni, me-nyerupai nyala api. Panjang: 30.7 cm. Lebar: 14 cm. Harta BendaNasional No. 154. Museum Nasional Gongju.
Makam raja Muryeong yang hampir terlupakan berhasil terselamatkan. baekje juga merupakan sisigelap dari sejarah kuno Korea. Catatan literatur yang digali dari peninggalan Makam raja Muryeongdari keturunan Taebujok menjadi bukti hidup untuk menelusuri sejarah baekjea dari berbagai sudutpandang.
Hiasan untuk mahkota ratu ditemukan di bagian kepala peti jen-azahnya. Panjang: 22.2 cm. Lebar: 13,4 cm. Harta Benda NasionalNo. 155. Museum Nasional Korea.
Fakta ini baru dilaporkan ke Biro Properti Budayapada 6 Juli, keesokan harinya melalui pemerintah KotaGongju. Biro Properti Budaya mengirim seorang ang-gota staf ke lokasi untuk memastikan situasi sebenar-nya dan memerintahkan untuk segera menghentikankonstruksi saluran drainase dan penggalian makamyang tidak sah itu. Kemudian memutuskan untuk men-gatur tim penggalian formal dan melakukan penyeli-dikan. Di tempat kejadian pada tanggal 7 Juli, ada KimWonryong, Kepala Museum Nasional saat itu, yang ber-tanggung jawab atas penggalian, dan Cho Yujin, yangbertanggung jawab atas penelitian penggalian di Labo-ratorium Properti Budaya di bawah Biro Properti Buda-ya, serta Ji Geongil (lihat Box) sebagai peneliti budaya.Penggalian sah dimulai pukul 16:00 pada hari itu.
Tapi dua jam setelah penggalian dimulai, kejadiantak terduga terjadi di lokasi penggalian. Tiba-tiba sajalangit yang cerah mencurahkan hujan deras. Situspenggalian menjadi luapan air. Salah-salah air hujanbisa langsung masuk ke dalam makam. Di tengahhujan deras yang tercurah semalaman, tim penggalianterpaksa mengundurkan diri sementara pekerja kon-struksi harus terus berjuang untuk membuat aliran airdarurat untuk segera mengeluarkan air yang sudahtelanjur masuk ke makam di malam yang pekat. Padasaat yang sama, tim investigasi berkumpul di sebuahpenginapan di kota Gongju dan memutuskan untukmelanjutkan penyelidikan keesokan harinya sebagaihasil dari pembahasan langkah-langkah tersebut.
Lokasi Penggalian Berselimutkan Kegembiraan
Untungnya, keesokan harinya, langit tampak cerah.Tim investigasi, yang memulai penggalian pada pukul5 pagi pada tanggal 8 Juli, akhirnya berhasil membukaseluruh jalan depan makam sampai ke ruang kubur.
Dan terbuktilah bahwa itu adalah makam raja lain darimasa Baekje. Pukul 16:00, sebagai penghormatan dia-dakanlah ritual sederhana didirikan dengan tiga ekorikan polak kering dan arak bagi yang dikuburkan di makam, sebelum batu penutup makam dibuka satu per satu. Saat bagian gelap makam terbuka perta-ma kali setelah lewat 1.500 tahun, hawa dingin, seperti saat menyalakan AC mobil pertama kali setelahmelewati musim dingin, keluar berupa asap putih dari dalam makam.
Tim penggalian melakukan ritual sederhana sebelum memind-ahkan batu bata yang menghalangi makam Raja Muryeong padatanggal 8 Juli 1971.
PENEMUAN
SALAH YANG
AKAN SELALU
DISESALI“Mungkin terdengar seperti alasan, tetapi kita harus mengakui bahwatingkat arkeologis kita baru sampai di situ. Namun kita bisa menghiburdiri bahwa kita telah belajar dari kesalahan bahwa kita berusaha telitidalam perencanaan dan pelaksanaan penggalian arkeologi.”
Ji Geongil, mantan Kepala Museum Nasional Korea menyebut tahun70-an sebagai tahun keemasan dalam hidupnya yang paling puncak. Teru-tama dari tahun 1973 sampai 1976 waktu ditemukannya makam raja ShillaCheonmachong dan Hwangnamdaechong, merupakan kenangan palingberharga baginya. Jika penggalian di Gyeongju merupakan ‘kebanggaan’baginya, ia menilai penemuan makam Raja Muryeong sebagai ‘hal memalu-kan yang tidak dapat diperbaiki’.
Beliau telah bekerja di Yayasan Warisan Budaya Luar dan Dalam neg-eri sejak lulus dari Universitas Nasional Seoul Departemen Antropologidan Arkeologi. Sejak saat itu beliau bekerja sebagai kurator di YayasanWarisan Budaya Luar dan Dalam Negeri, yakni sejak November 1968 seb-agai seorang pegawai negeri. 7 Juli 1971, beliau dan beberapa rekannyasecara tiba-tiba ditugaskan untuk pergi ke Gongju. Di makam Songsan-ri, disebuah makam lain, yang diyakini sebagai makam kerajaan Baekje, baru-lah ia mengetahui bahwa di tempat itulah ia ditugaskan untuk melakukanpenelitian. “Tidak ada orang yang tahu apa yang terjadi saat kami dalamperjalanan menuju ke sana. Waktu itu adalah generasi yang kalau disuruhpergi, ya pergi saja. Setelah kami sampai, kami melihat sebuah makamyang diselubungi batu –batu tertumpuk rapi dengan bagian depannya terli-hat sedikit.”
Dia memiliki kenangan menyakitkan lainnya terkait penggalian RajaMuryong. Salah satu tugasnya adalah fotografi. Foto adalah dokumen per-tama dan utama yang membuktikan situasi posisi artefak ditempatkandi tempat kejadian pada saat ditemukannya. Namun, ia gagal membuatfoto yang berguna. Sebagian besar foto di lokasi penemuan adalah dariwartawan media massa yang meliput situs tersebut pada saat itu. Apa yangterjadi?
“Saya memotret sebanyak mungkin di makam. Namun, ketika sayakembali ke kantor Seoul dan mencuci filmnya, foto-fotonya tidak munculdengan baik. Saat itu saya membawa kamera baru saya ke lokasi sehinggasaya belum begitu paham cara menyetel kamera tersebut. Ada yang mun-cul cuma setengah, yang bisa dipakai hanya beberapa saja. Betul-betul satukesalahan besar. Karena itu tertinggal sebagai penyesalan besar dalam hatisaya.”
Sepatu-sepatu perunggu ditemukandi bagian kaki di dalam peti mati raja.
Panjang: 35 cm. Museum NasionalGongju.
Setelah batu terbuka hingga mencapai ukuran yang bisa dimasuki oleh orang, Kim Won-ryong,Kepala Penyelidikan, dan Kim Young-bae, Kepala Departemen Gongju memasuki makam denganlampu pijar. Terowongan makam batu bata berbentuk terowongan setinggi seorang pendek, terasamenyeramkan. Di bagian langit-langit, akar pohon akasia menggantung, membuatnya terlihat se pertirumah hantu. Di tengah terowongan terletak sebuah patung babi seram dengan tanduk di dahinya.Sepertinya sengaja diletakkan untuk menjaga makam kubur dari aura jahat yang menyerang dari luar.
Setelah melewati terowongan, sampailah mereka pada ruang kubur yang berlantai persegi denganlangit-langit berbentuk kubah. Ruang kubur tidak begitu luas, tetapi karena gelap, sulit untuk melihatbagian dalamnya secara detail. Dalam gelap terlihat beberapa papan kayu berserakan. Kelihatannyapeti kayu tidak mampu melawan beratnya waktu yang telah berlalu dan hancur. Dari celah-celahnyaterlihat benta-benda yang memancarkan sinar keemasan. Kim Won-ryong dan Kim Young-bae hampir-hampir tidak dapat mempercayai mata mereka saat menyaksikan artefak tersembunyi dalam makamtersebut, yang siapapun pasti akan tahu bahwa artefak tersebut tidak pernah tersentuh oleh penjarahkubur sekalipun. “Makam Raja Baekje! Yang belum pernah terjamah tangan manusia! Kita menemu-kannya! Bukan main!”.Kedua pria itu tidak bisa menyembunyikan kegembiraan mereka.
Salah satu dari dua lempengan batuyang ditemukan di tengah jalanmakam terdapat ukiran pernyataanbahwa tanah makam itu dibeli daridewa-dewa langit dan bumi, ber-samaan dengan nama penghuni,tanggal kematian, dan tanggal pen-guburan. Lebar: 41.5 cm. Panjang:35 cm. Tebal: 5cm. Harta BendaNasional No. 163. Museum NasionalGongju.
Makam Siapa Sebenarnya?
Kegembiraan ini mencapai klimaksnya dalam proses kembali dari ruang kubur melewati tero-wongan makam. Di hadapan patung babi yang menyeramkan itu terletak dua buah papan batu yangberukirkan tulisan. Dan saat diterangi dengan senter, terlihatlah dengan jelas tulisan yang terukir padapapan batu yang diletakkan di sana dengan rapinya. Pada baris pertamanya tertulis:“Jendral Yeongdong Baekje Raja Sammae ( 寧東大將軍百濟斯麻王 )”Yang berarti Sammae Baekje, pemimpin besar yang membuatperdamaian di wilayah bagian timur. Yaitu gelar yang diberikanoleh Kaisar Cina dari Kerajaan Nam ( 梁 ) kepada Raja Baekje Mury-oung pada zaman itu. Ketika hal itu melintas dalam kepalanya, KimWon-ryong mengaku “hampir semaput saya waktu saya memba-canya dan menyadari apa artinya!”.
Setelah terbukti siapa yang terbaring dalam makam terse-but, Kim Won-ryong yang terlalu gembira tanpa sempat berpikirdengan kepala dingin, menyatakan harus melakukan penggalianmakam Raja Muryeong yang merupakan penemuan yang belumada sebelumnya dalam sejarah arkeologi Korea.
Peninggalan Sejarah Baekje yang Terlupakan
Demikianlah, penggalian makam seorang raja yang dilakukan serta merta bagai peram-pokan, tanpa perencanaan dan sistem yang matang ini menjadi objek kritik dan refleksi diribagi kaum akademik arkeologi Korea. Tetapi hasil yang didapatkan dari penemuan tersebuttidak dapat dibandingkan dengan penemuan manapun juga. Dari antara 31 orang raja Baekje,27 orang raja Goguryeo, dan 56 orang raja Silla, yaitu total 114 orang raja dari Tiga Kerajaan danSilla Bersatu, hanya makam Raja Muryeong dari Baekje sajalah yang dengan jelas terbuktikeberadaannya.
Batu berbentuk binatang penjagaditemukan di sepanjang lorong. Pan-jang: 47 cm. Tinggi: 30 cm. Lebar: 22cm. Harta Benda Nasional No. 162.
Museum Nasional Gongju.
Selain itu, makam Raja Muryeong menyelamatkan Baekje yang hampir terlupakan. Sejarahtentang Baekje selama ini bagai kegelapan dalam sejarah Korea kuno. Dalam situasi di manacatatan tentang kerajaan ini sangat minim, relief yang ditemukan dalam makam ini menjadi buktinyata untuk melihat Baekje dari berbagai sudut pandang. Dalam catatan pada sebuah batu yang dite-mukan dalam makam tersebut dikatakan bahwa tanah pemakaman itu dibeli dari dewa-dewa di lan-git untuk memakamkan raja dan permaisurinya, yang menunjukkan ritual pemakaman masyarakatBaekje yang sangat khusyuk di masa itu.
Makam kerajaan Muryong menumpahkan lebih dari 3.000 artefak berwarna-warni dari 100 jenis.Beberapa darinya jelas diimpor dari Cina. Selain itu, kayu peti jenazah raja dan permaisuri menunjuk-kan bahwa kayu yang dipakai adalah pinus emas yang hanya tumbuh kepulauan Jepang. Ini adalahbukti sejarah bahwa Baekje telah melakukan pertukaran budaya dengan negara-negara tetanggamelalui laut dan bahwa keluarga kerajaan Baekje terutama berhubungan dekat dengan Jepang.
Pengunjung Museum NasionalGongju melihat-lihat pameran, ter-masuk peti mati kayu untuk pasan-gan kerajaan dan binatang penjaga,yang diperbaiki hampir mendekatikeadaan semula.
Kim Tae-shikJurnalis PenelitianAset Budaya dan Tanah