Tempat di mana gunung yang tinggi dan curam berbaris-baris dan terbenamnya matahari dilaut timur yang biru, tempat dengan pemandangan yang indah yang selaras dengan kehidupanyang tandus, adalah rupa dari Provinsi Gangwon yang terlukis di dalam hati orang Korea.Aroma pedas dari bunga pohon jahe dan bunga soba putih yang bermekaran di bawah cahaya bulan,serta matahari terbit di laut timur yang menghangatkan hati, adalah simbol-simbol dari ProvinsiGangwon yang dikenal secara umum walaupun orang tersebut belum pernah mengunjunginya.Karena mereka sudah merasakan pengalamannya cukup melalui novel dan lagu.
Seorang penyanyi mulai bernyanyi sambil memainkangitarnya di atas panggung sederhana denganpencahayaan yang temaram. Lagu tersebut berjudul500 Miles dari ‘Peter, Paul And Mary’. Suasana hiruk pikuksekejap menjadi senyap dan orang-orang perlahan terhanyutke dalam lagu tersebut. Di dalam keheningan dan kegelapan,beberapa orang berusaha untuk mengendalikan emosi mereka,sementara beberapa orang lainnya sudah menitikkan air mata.Situasi tersebut terjadi di sebuah kafe yang terletak di sebuahkota kecil di Amerika Serikat yang saya lihat melalui Youtube.
Lagu adalah sebuah kompresi dan perluasan dari suatu cerita.Orang-orang di Amerika Serikat menikmati lagu nostagiasebagai bentuk kerinduan akan keluarga dan kampung halamanyang merupakan kompresi dari suka duka dari sejarah modernyang berisikan gambaran singkat dari konstruksi rel kereta,perang sipil, depresi besar-besaran, PHK massal, dan memperluaskembali sentimen universal orang-orang Amerika Serikat.
Tidak mengherankan dan tidak sulit bagi orang-orang daribangsa dan budaya lain untuk saling memahami dan bersimpatitak lama setelah mendengar lagu tersebut dinyanyikan. Haltersebut terjadi hanya jika kita dapat membuang jauh prasangka.Tema cerita kali ini adalah Provinsi Gangwon. Karena alasanitu lah, pertama-tama saya merekomendasikan lagu berjudul「Hangyeryeong」 yang diciptakan oleh Ha Deok-kyoo dandinyanyikan oleh Yang Hee-eun.
Jalan Menuju Gunung Geumgang
Jika dilihat secara geografis, Provinsi Gangwon dapat disejajarkandengan Swiss di Eropa. Sama halnya dengan Swissyang sebagian besar wilahnya berbatasan dengan pegununganAlpen, Provinsi Gangwon dikelilingi oleh gunung Geumgangdan gunung Thaebaek yang merupakan jantung dari pegununganBaekdudaegan yang membentang di punggung semenanjungKorea. Pada masa di mana bertani adalah mata pencaharianutama, Provinsi Gangwon adalah tanah yang sulit untukditinggali. Di dalam 『Thaekriji』, buku geografi manusia yangditulis pada akhir kejasaan Joseon, pun sampai dikenal sebagai“tanah yang tidak subur dan berkerikil, sehingga menaburkanbenih satu mal (satuan ukur dalam Korea, 1 mal = 18 liter)pun, yang dipanen hanya 12 buah”. Saat ini pun situasinyamasih serupa. Bagi orang-orang yang sudah terbiasa menerimatekanan politik dan sosial karena kondisi lingkungan yangdemikian, desa pegunungan Provinsi Gangwon dapat menjaditempat perlindungan.
Jika kita kembali mengingat masa di mna negara masihmengumpulkan pajak berupa barang, maka kita dapat membayangkandengan mudah bagaimana kondisi pada saat tersebut.Di Provinsi Gangwon terdapat dua gudang yang duludigunakan untuk menyimpan gandum yang disetorkan wargasebagai pajak, namun ukurannya lebih kecil jika dibandingkandengan kapal pengangkutnya atau gudang yang ada di daerahlain. Tidak hanya itu, gandum pajak yang dikumpulkan daridaerah Yeongdong diberi pengecualian sehingga dapat digunakanlangsung oleh daerah itu sendiri. Bahkan pada abadke-17, pajak yang dibebankan kepada tiap-tiap rumah tanggadan pengumpulan beras sebagai ganti barang untuk bayar pajakpun diberlakukan sesuai dengan luasnya lahan yang ditentukanaturan yang berlaku saat itu, sehingga fungsi gudang menjadiberkurang. Beban petani kecil dan tidak memiliki lahan punmenjadi berkurang pula.
Di Bongpyeong, tempat kelahirannovelis Yi Hyo-seok (1907-1942), ada hamparan ladangsoba yang luas, seperti dalamcerita-ceritanya. Setiap bulanSeptember, ketika bunga putihpenuh bermekaran, kota inimengadakan festival untukmemperingati novelis tersebut.
Periode para cendikiawan konfusianisme yang dulumelakukan perjalanan ke gunung sebagai latihan mental merekaberkuasa, Provinsi Gangwon hanyalah jalan menuju gunungGeumgang. Walaupun sayangnya saat ini ada di utara wilayahgencatan senjata, namun gunung Geumgang adalah gunungyang terkenal sampai-sampai membuat seorang penyair terkenakCina, Su Shi (atau lebih sering dipanggil So Dongpo), ber-kata bahwa “saya ingin lahir di Koryeo sehingga dapat melihatgunung Geumgang”. Akan tetapi, gunung Geumgang bukan lahgunung yang mudah untuk dikunjungi oleh orang-orang, bahkanmasyarakat Koryeo sekali pun. Jika menggunakan keledaiatau tandu, dibutuhkan sedikitnya empat orang harus ikut serta,dan dibutuhkan waktu setidaknya satu bulan jika berangkat dariSeoul. Karena itu lah, memiliki banyak uang pun, belum tentuseseorang dapat ke sana.
“Sambuyeon Falls” (Air Terjun Tiga Aliran) dari “AlbumPancaran Semangat Laut dan Pegunungan” (Haeak jeonsincheop) oleh Jeong Seon, 1747. Tinta dan warna padasutra,31,4 x 24,2 cm.
Meskipun para ilmuwan Konghucu Joseon sering menganggapProvinsi Gangwon hanya sebuah jalur menuju keGunung Kumgang, terkadang mereka akanmemperlambatperjalanan di tempat-tempat yang pemandangannya indah.Karena tertarik dengan Air Terjun Sambuyeon di Cheorwondalam perjalanan menuju gunung yang dirayakan, artisJeong Seon (1676-1759) berhenti untuk melukis pemandangantersebut.
Walaupun demikian, hal tersebut tidak mengendurkansemangat banyak cendikiawan konfusianisme dan senimandulu yang merasa harus mengosongkan pikiran mereka untukalasan tertentu dengan berkunjung dan berekreasi di gunungGeumgang. Karena itu lah, gunung Geumgang dikenal sebagaisalah satu tempat yang umum muncul dalam perjalanan kesusastraanKorea, dan isi dari karya sastranya pun banyakmenggambarkan kondisi geografis dan pemandangan, sertakekagumanakan gunung tersebut. Sekarang bisa ditebak alasanmengapa seorang pelukis sastra terkenal abad ke-18 bernamaKang Se-hwang berkata bahwa “mendaki gunung adalah halyang paling membanggakan sebagai seorang manusia, namunmendaki gunung Geumgang adalah hal yang paling vulgar”.Tidak hal yang lebih istimewa dari itu.
Dalam sebuah karya sastra mengenai perjalanan ke gunungGeumgang yang ditulis pada akhir masa kerajaan Joseon olehpenulis yang tidak diketahui namanya, 「Dong Yu Ga」, kemiskinandalam kehidupan masyarakat Geumgang terlihat sangatjelas selama perjalanan menikmati gunung Geumgang.
“Datang dari Cheorwon dan melihat dengan seksama /pemandangan terhampar dan jarang terlihat rumah / bertanidengan sekop bertali karena tanahnya keras berkerikil / dipenginapan tidak ada minyak, sehingga menyalakan lampudengan resin / di sudut kamar membuat cerobong asap dantungku api dari tanah kemudian membuat api.”
Bunga Pohon Jahe dan Ladang Bunga Soba
Penulis novel bernama Kim Yoo-jeong (1908~1937)terlahirdari keluarga kaya yang turun temurun tinggal di sebuahdesa kecil di Chuncheon, Provinsi Gangwon, dan dibesarkan diSeoul dan Chuncheon. Dia kembali ke kampung halamannyaketika usianya 22 tahun, setelah dirinya masuk menjadi korpselit di Seoul. Di antara jeda waktu tersebut banyak terjadi perubahan.Kedua oraang tuanya meninggal lebih cepat dan kakaklaki-laki yang menggantikan orang tuanya mengurus rumahmalah menghabiskan harta dengan hidup berfoya-foya. Diayang sudah kehilangan biaya hidup dan sekolah, bahkan sampaitiba-tiba sakit karena merasa sangat sakit hati, ketika kembalike kampung halamannya berpikir untuk menuntut kakaknyaagar memberikan harta yang menjadi haknya.
Akan tetapi, yang mengganggu dirinya yang tengah lelahtubuh dan perasaan bukan seberapa banyak harta warisan yangbisa ia terima, namun jika musim semi tiba nanti orang-orangyang tinggal secara sederhana di kampung halamannya, khususnyapara wanita Provinsi Gangwon yang “lahir di alam yangkeras” tanpa “bunga Dongbaek” (Lindera obtusiloba, bungapohon jahe dalam dialek Provinsi Gangwon) yang bermekarandan memerahkan gunung Geumbyeon.
Dia yang ingin memajukan kampung halaman dan penduduknya,membangun sebuah rumah kecil di atas bukit,kemudian mengumpulkan para pemuda di desanya dan membukasekolah malam. Pada suatu hari ia mendengar cerita dariseorang wanita dari suatu daerah bahwa ada Deulbyeongi(wanita yang berkelana ke sana kemari seperti orang gipsi danmenjual minuman keras dan senang menggoda) yang selamabeberapa hari tinggal di rumahnya kemudian menghilang. Saatmendengar cerita tersebut, ia pun memutuskan untuk menjajakijalan sebagai penulis yang menjadikan kesulitan yang terjadidi masa tersebut menjadi suatu pekerjaan rumah dan telahmenyelesaikan karya pertamanya yang berjudul「berkelana kedesa di gunung」.
Kemudian, ia menggambarkan dan mengkarikaturkan setiappria yang ia jumpai menjadi karya sastranya seperti priayang memimpikan kemewahan dengan lebih memilih menjadikanistrinya Deulbyeongi dibandingkan bertani(「Isrti」), pria“lebih memilih setahun menderita dan menggali emas dibandingkanhanya menerima dan makan kacang beberapa seom(satuan dalam korea, 1 seom = 180 liter)” (「Menggali ladangkacang demi emas」), para pria lari dari hutang dan gagalpanen, dan “menggandeng istri yang berusia muda kemudianmengajaknya berkelana dari gunung ke gunung lainnya untukmencari tempat hidup yang lebih baik” (「Gerimis」). Karyanyatersebut telah membuat sastra modern Korea telah mengalamikenaikan satu tahap.
Jika sastra Kim Yoo-jeong terinspirasi dari kehidupandesa petani yang semakin hari semakin mengalami kemundurankarena eksploitasi dan sewa lahan pertanian akibat kolonialismeJepang, Lee Hyoo-seok (1907~1942) membangundunia yang berestetika dan semakin meninggalkan realita seiringdengan semakin keras dan bahanya kehidupan pada saatitu. Dia yang lahir di Bongpyeong, Pyeongchang-gun, menuliskaryanyayang berjudul「Membakar Daun Kering」 yang isinyamerasakan aroma kopi yang baru saja dipanggang dari baudaun keringyang dibakar, menghias pohon natal ketika musimdingin tiba, dan pikiran untuk mulai bermain ski, pada tahunberikutnyasetelah pecahnya perang Sino-Jepang.
Hal yang khusus dari sastranya adalah teori sastranya yangberbunyi “walaupun manusia begitu rendah dan menjijikan,sastra memiliki daya tarik yang indah untuk dilihat”, menjaditanda tetap melangkah walaupun saat itu tekanan kuat darikolonialisme Jepang yang mempropagandakan ‘Naeseon Ilche(Korea Jepang Satu)’. Karena alasan itu lah, banyak dari merekaperlu mempertimbangkan karya Lee Hyo-seok yang diperhitungkansebagai maestro kesusastraan Korea, yang berjudul「Ketika Bunga Soba Mekar」, diletakkan di mana di antara realismeawal dan kepolosan usia senja.“Jalannya sekarang terletak di lereng gunung. Di tengahmalam, di keheningan terdengar suara bulan yang seperti binatangseolah dalam genggaman, dan daun-daun kedelai dan jagungbasah dan menghijau. Lereng gunung semua tertutup olehhamparan kebun bunga soba yang bunganya mulai bermekaranseperti garam yang bertaburan, terlihat menakjubkan di bawahhangatnya sinar rembulan. Istana besar yang merah lembutsepertiaroma dan langkah keledai pun ringan.”(「Ketika BungaSoba Mekar」)Masyarakat Provinsi Gangwon mendirikan ‘Desa SastraKim Yoo-jeong’ di kampung halaman Kim Yoo-jeong, dan jugamendirikan ‘museum sastra Lee Hyo-seok’ di tanah kelahirannyadi Bongphyeong sehingga sastra dan kehidupan mereka berduadapat dikenang.
Jalan Air, Jalan Bersalju, dan Jalan Tol
Jalur menanjak Provinsi Gangwon berada di ketinggian1.000 m di atas permukaan laut. Aliran air Provinsi Gangwonberasal dari gunung yang tinggi dan sebagian besar bermuarapada sungai Han. Sampai periode 1930-an, sungaiHan digunakan untuk memindahkan hasil hutan dari gunungtinggi di Provinsi Gangwon yang wilahnya berada di datarantinggi. Kayu di daera Inje dan Yanggu yang berada di bagianutara melalui sungai Bukhan, sedangkan kayu dari wilayahJeongseon, Phyeongchang dan Yeongwol yang berada dibagian selatan melalui sungai Namhan kemudian turun kebawah. Dari Inje sampai Chuncheon membutuhkan waktu satuhari penuh, sedangkan dari Chuncheon sampai Seoul membutuhkanwaktu satu minggu sampai dengan 15 hari. Para pemilikrakit kayu yang mengayuh rakitnya di jalur air tersebut menciptakandan menyanyikan lagu berjudul 「Arirang Rakit」,yangmerupakan lagu Arirang Provinsi Gangwon namun liriknyadiubah, untuk menghilangkan rasa lelah dan kebosanan saatbekerja. Di atas rakit tersebut, setiap hari barang-barang sepertiporselen berkualitas baik dari daerah Bangsan – Yanggu, obatobatanherbal, kayu bakar dan lainnya, dikirim menuju Seoul.
Sungai Bukhan adalah jalur transportasi penting untukkapal pengangkut garam Seoul melintas dan juga rute dariSeoul ke Chuncheon dan juga sebaliknya. Rute menuju Segokpun tentu saja menggunakan jalur ini. Di bagian muara sungaiBukhan pada awal tahun 1940an dibangun sebuah tangguluntuk pembangkit listrik tenaga air. Dari muara sungai itulah listrik kemudian dialirkan ke Provinsi Gangwon. Di Naerincheondi mana rakit berbaris dan orangnya menyanyikanlagu, entah sejak kapan terdengar suara kegembiraan dari parapemuda yang menikmati kegiatan rafting.
Secara geografis, Provinsi Gangwon dapat disejajarkan dengan Swiss diEropa. Sama halnya dengan Swiss yang sebagian besar wilahnya berbatasandengan pegunungan Alpen, Provinsi Gangwon dikelilingi oleh gunungGeumgang dan gunung Thaebaek yang merupakan jantung dari pegununganBaekdudaegan yang membentang di punggung semenanjung Korea.
Jika jalur air Provinsi Gangwon dimanfaatkan untuk berbagaihal, lain halnya dengan jalur salju adalah jalur yang tidakproduktif yang tidak ada interaksi. Berjalan di jalur bersaljuProvinsi Gangwon yang tingginya hingga selutut lebih membuatkesal dan putus asa dibandingkan dengan makan roti yangdibasahi air mata. Jalan tersebut adalah jalan menuju pertapaanuntuk menebus dosa dan kemunduran. Hwang Suk-young padanovelnya yang berjudul 「Jalan ke Sampho」 menceritakan perjalanantiga tokoh utama yang hanyut dalam gelombang industrialisasi,menyusuri jalanan bersalju untuk menuju tempatyang disebut Sampho. Lalu pada film berjudul 「Jalan Bersalju」 yang menceritakan kehidupan Wianbu (para wanita yangmenjadi budak sex pada masa kolonialisme Jepang) digambarkanpara wanita yang sedang dalam perjalanan ke rumah denganlatar belakang hutan pohon betula di puncak gunung yangtertutup salju tebal. Seperti itu lah gambaran dari jalur salju diProvinsi Gangwon.
Setelah jalur dari Pangyo sampai Wonju Saemal dibukapada tahun 1971, pada tahun 1975 jalan tol Yeongdong yangmelintasi daerah Saemal, Hoeseong, dan Gangneung dibukasehingga membuat jalur gunung Provinsi Gangwon mulaidigunakan masyarakat sebagai jalur untuk naik gunung tanpamelihat kondisi cuaca. Pada tahun tersebut pula sebagian pantaidi laut barat yang pernah digunakan sebagai wilayah militer,mulai dibuka sebagai pantai rekreasi. Lagu dari Song Changsikyang berjudul 「Berburu Paus」yang dimasukkan dalam filmberjudul「The March of Fools」 banyak dinyanyikan oleh parapemuda tahun 1970an sambil diiringi gitar akustik. Lirik yangmenonjol dari lagu ini adalah “Ayo, pergi, ke laut timur”. Ketikalibur panjang musim panas tiba, pergi ke pantai di laut timurdengan menaiki kereta, bis,ataupun menyetir mobil melewatijalan tol sambil membawa peralatan kemah lengkap adalahkemewahan tersediri bagi para pemuda di masa tersebut.
Penyelesaian pembangunan Yongphyeong Ski Resort yangmenjadi pusat olah raga musim dingin di Korea di Daegwallyeongyang tertutup salju, pun terjadi ditahun yang sama denganpenggalian untuk jalan tol Yeongdong. Pada musim panastahun lalu di puncak arena ski diadakan sebuah acara untukmendoakan kesuksesan pelaksanaan olimpiade musim dinginPyeongchang tahun 2018.
Pantai timur ProvinsiGangwon memiliki banyaktempat indah yang memperlihatkanpemandanganmatahari terbit yangindah di atas laut. Bagiorang Korea, Laut Timurbukan hanyasekadarair, tetapi juga tempatyang mengingatkanakanpentingnya sejarah, dantempat bersantai untukmembebaskan diri dariketerbatasan kehidupansehari-hari.
Jalan Menuju Laut Timur
Suatu hari di bulan desember tahun 2016, penyanyi HanYoung-ae yang diundang pada acara penyalaan lilin yangdihadiri lebih dari 2 juta orang, dengan suaranya yang rendahdan berat menyanyikan lagu berjudul 「Negaraku Bangsaku」yang lirik awalnya berbunyi “Lihatlah, Matahari yang terbit dilaut timur / bersinar di kepala seseorang / Di dalam pertarunganyang berdarah-darah / Di atas kita yang mendapatkan kemurnianyang berharga”.
Para tahun 1970an, orang yang menulis lirik lagu ini adalahKim Min-ki menciptakan lagu berjudul 「Embun Pagi」 yang dinyanyikan sebagai simbol lagu kepahlawanan oleh orangorangKorea ketika berstatus mahasiswa. Sedangkan lagu berjudul「Berburu Paus」 ditulis oleh Choe In-ho yang merupakanpenulis novel pendatang baru yang sedang berada di puncakpopularitas pada masa itu. Akan tetapi, jalan tol Yeongdongyang dinilai sebagai simbol industrialisasi yang membawakemajuan ekonomi, atau sebagai produk kediktaktoran pembangunan,secara kebetulan memiliki keterkaitan dengan masayang digambarkan pada lagu-lagu tersebut, sehingga menjadiironi dalam sejarah.
Semua jalan yang melintasi Provinsi Gangwon bertemu dilaut timur, sehingga bagi orang-orang Korea laut timur bukanhanya sekedar laut yang ada di bagian timur saja. Itu adalahsuatu kepercayaan tersendiri. Karena itu lah, setelah melewatijalanan menanjak menuju Baekdudaegan seperti Daegwallyeong,Hangyeryeong, dan Misiryeong kemudian melihat langsunglaut timur, saya jadi dapat memahami dan merasakan bagaimanabesarnya keinginan orang-orang yang merasakan kebebasandari rasa sesak dan permasalahan sehari-hari yang menjadibeban di hati, dan orang-orang yang rela terjaga sepanjangmalam menyusuri jalan tol Yeongdong hanya untuk melihatmatahari terbit di hari pertama tahun baru di laut timur.
Penyetelanlagu telah selesai. Sekarang saatnya untuk mendengarkanlagu.
Festival Musik Daegwallyeong Pyeongchang
Menggambarkan Kebudayaan Provinsi Gangwon
Ryu Tae-hyung Kolumnis Musik
Festival Musik Daegwallyeong Pyeongchang yangditetapkan sebagai festival musik internasional, pertamakali diselenggarakan pada tahun 2004 di YongpyeongResorts. Festival ini adalah bechmarking dari Festival MusikAspen di Amerika Serikat yang diadakan dengan tujuansebagai festival musik musim panas yang menggabungkanunsur pertunjukan dan pendidikan. Aspen adalah sebuahdesa hantu yang misterius berpenduduk 6.000 jiwa, namunsejak diadakannya festival musik pada tahun 1949, kotatersebut tumbuh menjadi kota festival musik ternama diAmerika Serikat.
Dipimpin oleh Konduktor Zaurbek Gugkaev, OrkestraMarinsky dan KelompokOpera St. Petersburg, Rusia,menampilkan opera Sergei Prokofiev “Cinta Tiga Jeruk” diKemah Musik Alpensia. Berdasarkan drama abad ke-18dengan judul yang sama oleh penulis drama Italia CarloGozzi, opera tersebut dipertontonkan perdana di Koreadalam Festival Musik PyeongChang 2017.
Festival Musik Daegwallyeong Pyeongchang yangditetapkan sebagai festival musik internasional, pertamakali diselenggarakan pada tahun 2004 di YongpyeongResorts. Festival ini adalah bechmarking dari Festival MusikAspen di Amerika Serikat yang diadakan dengan tujuansebagai festival musik musim panas yang menggabungkanunsur pertunjukan dan pendidikan. Aspen adalah sebuahdesa hantu yang misterius berpenduduk 6.000 jiwa, namunsejak diadakannya festival musik pada tahun 1949, kotatersebut tumbuh menjadi kota festival musik ternama diAmerika Serikat.
Dengan model seperti itu, pengajar di sekolah musikJuilliard, Kang Hyo, dan Sejong Soloists, mencetuskanpenyelenggaraan festival musik serupa.
Akan tetapi, Festival Musik DaegwallyeongPyeongchang yang diadakan di tempat dengan ketinggian700 m di atas permukaan laut, setiap tahunnya selalumengganti temanya sehingga dapat menarik banyakpenikmat musik untuk pergi ke Pyeongchang. Festivalini memilih tema yang fokus dari dunia musik dalamdan luar negeri, dan setiap tahunnya diadakan secarakonsisten. Tidak hanya musik klasik, festival ini juga secaraberkelanjutan memperkenalkan lagu-lagu debut dunia,Asia, Korean dan sebagainya, serta lagu-lagu terkenaldalam sejarah musik dan lagu modern eksperimental,sehingga membuatnya mendapatkan penghargaan. Sejaktahun 2010, Alpensia Concert Hall yang merupakan aulakhusus untuk pertunjukan musik klasik, dibuka untukumum, sehingga menciptakan lingkungan yang nyamanuntuk dapat menikmati pertunjukan musik. Di tahun ini,pertunjukan Distinguished Artist Series mencatatkan rekorkarena seluruh tiketnya habis terjual. Setiap tahun paraarti dan profesor musik handal selalu berpartisipasi, dankeikutsertaan para musisi terkenal dunia pun terbuka luas.
Sejak festival ke-8 di tahun 2011, cellist bernama ChungMyung-wha dan violinist bernama Chung Kyung-hwabersama-sama memimpin orkestra musik.
Festival Musik Daegwallyeong Pyeongchang tahunini yang mengangkat lagu-lagu Rusia melalui tema ‘LaguSungai Volga’, menjadi event simbolis pertunjukan operayang diadakan di Music Tent yang baru dibuka tahun2012. Festival yang berawal dari konser berorientasi musikkamar (chamber music) tersebut, telah berkembang hinggadapat menampilkan pertunjukan opera berskala besar.Para musisi muda, termasuk art director muda Son Yeoleum,menampilkan pertunjukan ensemble, dan harmoniyang tercipta dari para musisi yang berbeda usia dannegara pun sangat solid. Khususnya di tahun ini, di antarapara penonton, perwakilan kelompok seni nasional yangberpartisipasi untuk Benchmarking luar biasa banyaknya.
Dalam seri Artis Ternama dari Festival Musik PyeongChang2017, pemain cello Chung Myung-wha, LuísClaret dan Laurence Lesser (dari kiri) bermain “Requiem”karya David Popper, dengan pianis Kim Tae-hyung.
Festival Musik Daegwallyeong Pyeongchangmenciptakan keselarasan antara para musisi handal dengansekolah-sekolah musik. Sebenarnya, para siswa tidaknyamengambil kelas master dari para master musik saja,namun mereka juga menyaksikan pertunjukan, makan,jalan-jalan bersama, atau bahkan bertemu di kedai kopi.
Kehadiran dua music director Chung Myung-wha danChung Kyung-hwa pun memancarkan sinarnya. Keduanyaahli dalam pemilihan repertoar dan penempatan artis.Dana sponsor dan dukungan dari para sponsor pentingdan hubungan berkelanjutan dengan mereka, adalah knowhow dari terlaksananya Festival Musik DaegwallyeongPyeongchang. Pada perhelatan kali ini, Yamahamemberikan sebanyak 40 piano, sehingga dimungkinkanuntuk berlatih piano di berbagai tempat di Alpensia.Bersama dengan sponsor dari perusahaan penerbangan, berbagai perusahaan dari Provinsi Gangwon sepertimisalnya perusahaan kopi Terarosa, turut memperkuatfestival ini.
Di sisi lain, sejak bulan Februari tahun 2016 FestivalMusik Musim Dingin Pyeongchang juga diselenggarakan.Sebagai bagian dari proyek khusus olimpiade, ProvinsiGangwon dan Kementerian Kebudayaan, Olah ragadan Pariwisata bekerja sama sebagai tuan rumah,sementera Gangwon Cultural Foundation berperansebagai pengawasnya. Festival Musik Musim DinginPyeongchang pertama selain menampilkan para soloispemenang kompetisi Tchaikovsky dan chamber music,juga menampilkan penyanyi Jazz Nah Youn-sun, gitarisUlf Wakenius dan musisi Jazz lainnya yang berpartisipasisehingga membuat acara ini memiliki genre.
Pada Festival Musik Musim Dingin Pyeongchangbanyak orang yang datang untuk bermain ski kemudianmengetahui adanya pertunjukan musik membuat merekamendatangi acara tersebut, sehingga jumlah tiket yangterjual melebihi perkiraan.Festival Musik DaegwallyeongPyeongchang dan Festival Musik Musim DinginPyeongchang membuat kita mengingat Provinsi Gangwondengan dua kata kunci, yaitu ‘bersih’ dan ‘budaya’.
Lee Chang-guyPenyair, Kritikus Sastra
Ahn Hong-beomFotografer