메인메뉴 바로가기본문으로 바로가기

null > 상세화면

2024 AUTUMN

Memperluas Cakupan Okultisme Korea

Film sutradara Jang Jae-hyeon “Exhuma” (2024) dirilis tahun ini dan melampaui 10 juta penonton. Ini adalah pencapaian besar. Baru-baru ini film okultisme Korea tidak hanya memasukkan unsur horor saja. Berbagai elemen ditambahkan agar banyak orang bisa menikmatinya. Hal ini juga mematahkan prasangka bahwa okultisme adalah genre yang hanya populer bagi penggemarnya saja.

Exhuma menampilkan dua dukun, seorang ahli ilmu ramal, dan seorang pengurus jenazah yang memindahkan lokasi pemakaman yang menyeramkan. Film tahun 2024 ini diakui karena menampilkan genre ilmu gaib Korea dengan memadukan elemen-elemen dari genre hiburan populer lainnya dengan mulus.
© HAK CIPTA PADA SHOWBOX AND PINETOWN PRODUCTION TAHUN 2024 DILINDUNGI UNDANG-UNDANG.

Film “The Wailing”, yang sangat populer di masa lalu dan mencatat 6,8 juta penonton, dianggap sebagai kisah sukses terbaik dalam okultisme Korea. Setahun sebelum film ini dirilis, “The Priests” karya sutradara Jang Jae-hyeon memiliki rekor 5,4 juta penonton. Namun, tahun ini, “Exhuma” memecahkan rekor baru dengan 11,9 juta orang penonton.

Film ini memperlihatkan banyak karakteristik sutradara Jang yang fokus pada genre okultisme, dan berkat itu, film ini meraih kesuksesan luar biasa. Pasalnya, ia menafsirkan kembali genre okultisme yang tadinya hanya populer di kalangan penggemarnya, menjadikan genre tersebut populer di kalangan masyarakat umum.

Penambahan Elemen Menyenangkan ke Genre Okultisme

Exhuma”, yang menampilkan dukun, pungsusa (seseorang yang memilih tanah yang baik berdasarkan lima unsur), dan pengurus pemakaman, memiliki karakteristik genre okultisme saat mereka bertarung melawan hantu.

Berbeda dengan film okultisme lain yang membuat penontonnya terhanyut dalam horor, film ini memaksimalkan keseruan dengan menambahkan konten populer dan unsur komik. Karakter utama film ini, yang mendapatkan popularitas besar dari mulut ke mulut, juga disebut ‘Myo Avengers (Pamyo+Avengers) ’ oleh penontonnya.

Film ini memiliki unsur horor khas okultisme, namun unsur hiburan memberikan penonton pengalaman katarsis yang mirip dengan perjuangan melawan hantu. Selain itu, film ini berevolusi dari kisah keluarga yang kerasukan setelah memilih lokasi pemakaman yang menyeramkan hingga mengungkap sisa-sisa kekuasaan Jepang.

Dengan menambahkan unsur-unsur menyenangkan ini, perasaan menakutkan dari genre okultisme berkurang dan penonton pun terhibur. Ini adalah ciri umum dalam film okultisme sutradara Jang, yang menyutradarai “The Priests”, “Svaha: The Sixth Finger)” (2019), dan “Exhuma”. Selain itu, inilah karakteristik film okultisme Korea yang menjadi begitu populer di seluruh dunia sehingga diciptakanlah istilah baru, okultisme Korea, baru-baru ini.

Kombinasi Genre Kriminal dan Okultisme Korea

Okultisme Korea sering disatukan dengan genre kriminal karena berhubungan dengan kematian. Contoh yang representatif adalah “Revenant” (2023), serial TV yang ditulis oleh Kim Eun-hee. Serial ini berpusat pada pencarian kebenaran di balik serangkaian kematian yang tidak dapat dijelaskan. Tokoh utamanya adalah seorang gadis yang kerasukan setelah menyentuh daenggi misterius, hiasan rambut tradisional yang dikenakan oleh gadis-gadis muda. Ia bekerja sama dengan seorang ahli cerita rakyat yang dapat melihat hantu dan seorang letnan dari Unit Investigasi Kejahatan Kekerasan Seoul.

Dalam drama ini, arwah-arwah tumbuh menjadi sosok yang tangguh dengan mengabulkan keinginan orang yang dirasukinya, menanggapi keinginan dan kemarahan tokoh utama terhadap dunia. Setelah menyadari bahwa arwah-arwah tersebut mewujudkan keinginannya untuk membunuh, gadis itu mulai melawannya dengan bantuan ahli cerita rakyat tersebut. Narasi ini dapat dilihat sebagai interpretasi arwah-arwah sebagai kutukan, tema yang sering muncul dalam genre okultisme.

Kombinasi genre kriminal dan okultisme juga pernah dicoba di masa lalu dalam drama sutradara Kim Hong-seon “So the Guest” (2018) yang berisi cerita tentang orang-orang yang dirasuki hantu dengan kekuatan besar yang melakukan pembunuhan, dan orang-orang bekerja sama untuk mencegahnya.

Dengan menggabungkan tema okultisme dan kejahatan, kedua serial tersebut mengkritik tindakan brutal yang tampaknya di luar pemahaman manusia. Untuk mendapatkan daya tarik yang lebih luas, kreasi okultisme Korea bergerak melampaui horor provokatif untuk memberikan pesan-pesan sosial.

Faktor Keberhasilan

Biasanya okultisme adalah genre yang memperkenalkan makhluk supranatural seperti arwah-arwah dan orang-orang yang melawannya. Namun, okultisme Korea menambah nuansa Korea.

Seperti di “Exhuma”, adegan dukun yang melakukan upacara dukun sering muncul dalam adegan okultisme Korea. Penonton global sebelumnya terpikat oleh dunia dukun dalam “The Wailing”, merasakan energi intens melalui suara drum yang menggembirakan dan gerakan tari yang menginspirasi. Dengan dukun yang bertindak sebagai perantara antara dunia manusia dan dunia roh, perdukunan, yang jarang terlihat di sinema global, telah memantapkan dirinya sebagai elemen penting dari okultisme Korea.

Selain cerita yang menarik, penonton juga terpikat dengan gaya para karakternya. Tokoh utamanya, seorang dukun muda bernama Hwarim, menantang stereotip genre dengan mengenakan jaket kulit, kemeja sutra, celana jins, dan sepatu kets Converse putih.
© HAK CIPTA PADA SHOWBOX AND PINETOWN PRODUCTION TAHUN 2024 DILINDUNGI UNDANG-UNDANG.

Jika Anda menganggap okultisme hanyalah sebuah karya yang menampilkan dukun dan arwah, Anda tidak dapat mengabaikan “Exorcism”, yang dirilis pada tahun 1998. Di sini, tiga pengusir setan muncul: seorang prajurit yang menggunakan pedang berisi jiwa seorang wanita, seorang pendeta yang melawan setan melalui doa, dan seorang anak yang menggunakan sihir. Dengan kata lain, upaya okultisme Korea untuk menggabungkan kepercayaan Barat dan agama rakyat Korea telah berlangsung sejak lama.

Seperti yang dapat dilihat melalui “Exhuma”, okultisme Korea memiliki karakteristik lain dalam mencoba mengatasi keterbatasan genre kelas B dengan menggabungkan konten populer. Sama seperti “Exorcism” yang diciptakan sebagai genre aksi fantasi dan bukan genre okultisme, “The Priests” juga menampakkan jubah pendeta terlihat seperti setelan elegan dan sukses dengan lebih dari 5 juta penonton.

Okultisme Korea menafsirkan ulang karakter yang muncul dalam cerita rakyat, dongeng, dan kepercayaan rakyat serta menambahkan nuansa Korea. Selain itu, genre ini tidak hanya menyasar kalangan penggemar saja, tapi juga populer di kalangan masyarakat umum. Berkat semua itu, keunikan yang berasal dari suasana lokal dan popularitas global dapat dicapai. Inilah jawaban mengapa okultisme Korea menjadi kompetitif di pasar konten global saat ini.

The Priests (2015) adalah film okultisme yang menggambarkan pengusiran setan terhadap seorang gadis yang dirasuki roh jahat.
© ZIPCINEMA

Jung Duk-hyun Kritikus Budaya Populer

전체메뉴

전체메뉴 닫기